Selamat Datang Di Blog Museum Biologi UGM Yogyakarta

Profil


Museum sebagai salah satu wahana ilmu pengetahuan banyak menyimpan harta karun yang berguna bagi nutrisi otak dan wawasan kita semua. Setiap museum memiliki perbedaan yang menjadi ciri khas museum tersebut, dari museum perjuangan, geologi, sosial hingga ilmu biologi. Sejalan dengan semangat itu, maka pendirian Museum Biologi sangat tepat sebagai sarana wisata edukasi bagi para pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum. Museum ini dibangun dengan mengkhususkan pada koleksi yang terkait dengan ilmu hayati (biologi).
Keberadaan Museum Biologi UGM tidak bisa dilepaskan dari kegigihan seorang dokter gigi Prof. Drg. R.G. Indroyono dan Prof. Ir. Moeso Soeryowinoto.  Saat awal perintisan museum ini, beliau berdua mengelola secara terpisah, Prof. Drg. R.G. Indroyono dengan museum zoologicumnya, Prof. Ir. Moeso Soeryowinoto menggawangi museum herbarium. Kedua museum tersebut di bawah institusi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada pada waktu tersebut berlokasi di nDalem Mangkubumen Ngasem. Kemudian, mereka mencetuskan gagasan untuk menyatukan kedua museum pribadinya ke dalam sebuah museum baru, yakni Museum Biologi. Kegigihan beliau berdua akhrinya mendapatkan perhatian dari Dekan Fakultas Biologi Ir. Suryo Adisewoyo, bertepatan dengan Dies Natalis Fakultas Biologi UGM, tanggal 20 September 1969 diresmikanlah museum ini oleh Rektor UGM, Prof. Drg. R.G. Indroyono, dan Drs. Anthon Sukahar selaku ketua tim pelaksana. Tanggal 1 Januari 1970 museum ini resmi dibuka untuk masyarakat umum.

Bagaikan kehidupan yang mengalami naik turun, dalam perjalanannya, Museum Biologi UGM melewati periode kembang kempis diakibatkan tidak terjaganya pengelolaan yang baik di dalam museum. Kendati demikian, keberadaan museum yang memiliki delapan ruang pameran ini sangat berharga karena siapapun yang berminat untuk belajar ilmu hayati atau biologi, bisa mengunjugi museum yang telah berusia hampir 40 tahun ini.

Mengunjungi museum ini dimulai dari Ruang Pameran I dan II. Setelah melewati pintu masuk, pengunjung langsung dapat menyaksikan koleksi museum berupa kupu-kupu dan serangga, ikan hiu, kuda laut, kerangka aves, kerangka kambing, berbagai rupa cangkang keong, musang, dan sebagainya yang telah dikeringkan dan diletakkan dalam rak-rak kayu berkaca. Selain itu, kita dapat melihat etalase- etalase yang berisi terumbu karang, kerangka manusia, kerangka simpanse, serta diorama komodo, katak, dan juga ular.  Setelah itu, wisatawan dapat melanjutkan tamasya museum ke Ruang III dan IV. Di kedua ruang ini, kita  dapat melihat ratusan Awetan Hewan Basah dan Awetan Tumbuhan Basah pada stoples-stoples berukuran sekitar 500 ml yang disimpan dalam rak bertingkat empat dengan pintu geser yang terbuat dari kaca.

Setelah selesai mengelilingi empat ruangan, wisatawan bisa langsung menuju ke Ruang Kerangka (Ruang V) yang menyajikan kerangka utuh kuda dan gajah. Kemudian, keluar dari Ruang Kerangka, para pelancong bisa beranjak ke Ruang Aves dan Penyu (Ruang VI dan VII) di mana dipamerkan awetan aves atau burung yang telah dibekukan. Sedangkan pada Ruang Penyu, terdapat beberapa awetan penyu atau kura-kura khas Indonesia dan beberapa speseis burung.

Pada ruang ekhsibisi terakhir, yakni Ruang Diorama atau Ruang VIII, wisatawan dapat melihat kotak-kotak kayu yang terbungkus kaca berisi satu jenis binatang atau sekelompok binatang berlatar habitat mereka yang diilustrasikan pada gambar tiga dimensi. Ruang Diorama inilah yang menjadi andalan Museum Biologi, karena dengan menyaksikan diorama-diorama ini pengunjung dapat membayangkan kehidupan nyata dan habitat hewan-hewan yang telah membeku tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar